Sunday, November 2, 2008

Kerana Dia Insan Biasa

Ini sebuah kisah cinta. Kisah yang penuh motivasi. Kisah yang membuat kita menilai diri. Apakah cinta bermakna mencari sebuah kesempurnaan?

Kisah ini dihantar seorang teman ke kantung e-mel saya, bermulanya disini :

Setiap kali ada sahabat yang ingin menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suami/isterimu?

Jawabannya ada bermacam-macam. Bermula dengan jawaban kerana Allah hinggalah jawaban duniawi.

Tapi ada satu jawaban yang sangat menyentuh di hati saya. Hingga saat ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban dari salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib.

Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Kemudian membuat keputusan menikah. Persiapan pernikahan mereka hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak hairan. Proses pernikahan seperti ini selalu dilakukan. Dia bukanlah akhwat, sebagaimana saya. Satu hal yang pasti, dia jenis wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami.

Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sukar untuk membuka hati. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menganggapnya serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tarikh pernikahannya. Serta meminta saya untuk memohon cuti, agar dapat menemaninya semasa majlis pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Sebenarnya!!!

Saya ingin tau, kenapa dia begitu mudah menerima lelaki itu. Ada apakah gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia boleh memutuskan untuk bernikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk ketika itu (benar-benar sibuk).

Saya tidak dapat membantunya mempersiapkan keperluan pernikahan. Beberapa kali dia menelefon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa perkara.

Beberapa kali saya telefon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. That's all......Kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saya menggambil cuti 2 hari sebelum pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya.

Pukul 11 malam sehari sebelum pernikahannya, baru kami dapat berbual hanya berdua. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kami. Pada awalnya kami ingin berbual tentang banyak hal.

Akhirnya, dapat juga kami berbual berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak perkara kepada saya. Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kami tidur.

"Aku tak boleh tidur." Dia memandang saya dengan wajah bersahaja. Saya faham keadaanya ketika ini.

"Matikan saja lampunya, biar disangka kita dah tidur."

"Ya.. ya." Dia mematikan lampu neon bilik dan menggantinya dengan lampu yang samar. Kami meneruskan perbualan secara berbisik-bisik.

Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kami lakukan. Kami berbual banyak perkara, tentang masa lalu dan impian-impian kami. Wajah keriangannya nampak jelas dalam kesamaran. Memunculkan aura cinta yang menerangi bilik ketika itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah pertanyaan yang selama ini saya pendamkan.

"Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari baringnya sambil meraih HP dibawah bantalku. Perlahan dia membuka laci meja hiasnya. Dengan bantuan lampu LCD HP dia mengais lembaran kertas didalamnya.

Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan sekeping envelop kepada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Envelop putih panjang dengan cop surat syarikat tempat calon suaminya bekerja. Apa ni. Saya melihatnya tanpa mengerti. Eeh..., dia malah ketawa geli hati.

"Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas putih bersaiz A4, saya melihat warnanya putih. Hehehehehehe. .......

"Teruknya dia ni." Saya menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum. Sementara dia cuma ketawa melihat ekspresi saya. Saya mula membacanya.Saya membaca satu kalimat diatas, dibarisan paling atas. Dan sampai saat inipun saya masih hafal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu.........

************ ********* ********* ********* *********

Kepada Yth .........

Calon isteri saya, calon ibu anak-anak saya, calon menantu Ibu saya dan
calon kakak buat adik-adik saya

Assalamu'alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silakan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.

Saya, yang bernama ............ ... menginginkan anda ............ .... untuk menjadi isteri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Buat masa ini saya mempunyai pekerjaan.

Tetapi saya tidak tahu apakah kemudiannya saya akan tetap bekerja. Tapi yang pasti saya akan berusaha mendapatkan rezeki untuk mencukupi keperluan isteri dan anak-anakku kelak.

Saya memang masih menyewa rumah. Dan saya tidak tahu apakah kemudiannya akan terus menyewa selamanya. Yang pasti, saya akan tetap berusaha agar isteri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.

Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja.

Oleh kerana itu. Saya menginginkan anda supaya membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa.

Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Kerana saya tidak tahu suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.

Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqarah berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda.

Yang saya tahu, Saya memilih anda kerana Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari sekarang ini.

Saya memohon anda sholat istiqarah dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya beri masa minima 1 minggu, maksima 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Wassalamu'alaikum Wr Wb

************ ********* ********* ********* *********

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat 'lamaran' yang begitu indah.

Sederhana, jujur dan realistik. Tanpa janji-janji yang melambung dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta biasa.

Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.

"Kenapa kamu memilih dia......?"

"Kerana dia manusia biasa....... " Dia menjawab mantap. "Dia sedar bahawa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya.

Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kami kemudian hari. Entah kenapa, justru itu memberikan kesenangan tersendiri buat aku."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada. betuI tak? Paling tidak.... Aku tau bahawa dia tidak akan frust kalau suatu masa nanti kami jadi miskin.

"Ssttt...... ." Saya menutup mulutnya. Khuatir kalu ada yang tau kami belum tidur. Terdiam kami memasang telinga.

Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kami saling berpandangan lalu gelak sambil menutup mulut masing-masing.

"Udah tidur. Besok kamu mengantuk, aku pula yang dimarahi Mama." Kami kembali berbaring. Tapi mata ini tidak boleh pejam. Percakapan kami tadi masih terngiang terus ditelinga saya.

"Gik.....?"

"Tidur...... Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia tidur, agar dia kelihatan cantik besok pagi. Rasa mengantuk saya telah hilang, rasanya tidak akan tidur semalaman ini.

Satu lagi pelajaran dari pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sedar dengan kemanusiannya. Sedar bahawa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitu juga dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah terpahat sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak.

Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tetapi sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan 'nama'.

Status diri yang selama ini melekat dan dibanggakan (aku anak orang ini/itu), ditanggalkan.

Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi kerana Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan segalanya pada Allah yang membuat senarionya.

Maka semua menjadi indah.

Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap HambaNYA. Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan.

Kita hanya boleh memohon keridhoan Allah. MemintaNYA mengurniakan barokah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah. Jadi, bagaimana dengan cinta?

Ibu saya pernah berkata, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya.

Agar cinta itu dapat bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Cinta tumbuh kerana suami/isteri (belahan jiwa).

Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. Amin.

Sunday, July 13, 2008

Perceraian di Kalangan Artis, Apakah Puncanya?


Baru-baru ini kita banyak dikejutkan dengan berita-berita perceraian di kalangan artis-artis malaysia. Walaupun berita ini tidak asing bagi kita, namun saya terfikir, mungkin ini hanya sebahagian kecil dari masalah yang berlaku dalam masyarakat; yang kita ketahui kerana mereka adalah artis yang mendapat publisiti.. sedangkan ramai lagi masyarakat luar sana yang berhadapan dengan masalah yang serupa, cuma tidak mendapat liputan meluas daripada media..

Apabila saya merenungkan hal ini, saya mencari-cari di manakah puncanya perceraian di kalangan pasangan-pasangan muda yang berkahwin atas pilihan sendiri, suka sama suka, cinta sama cinta ini.. apakah tekanan kehidupan hari ini banyak menjadikan manusia tidak rasional dalam menghadapi permasalahan-permasalahan hidup?

Sesungguhnya perceraian hanyalah satu jalan keluar daripada masalah yang tidak dapat diatasi lagi setelah usaha bersungguh-sungguh dilakukan.. perceraian adalah perkara halal yang amat dibenci oleh Allah.. sebaik-baiknya carilah penyelesaian yang terbaik sebelum membuat keputusan untuk bercerai..

Pasangan-pasangan muda hari ini kebanyakannya telah melalui tempoh yang panjang detik-detik percintaan, sebelum mengambil keputusan untuk berumah tangga.. walaupun begitu, nampaknya tempoh bertahun-tahun yang digunakan untuk mengenal hati budi bakal pasangan hidup itu belumlah menjamin kerukunan dan kesejahteraan rumah tangga.. mengapa begitu?



Pernikahan Datang Bersama Tanggungjawab..


Kerana rupa-rupanya alam percintaan yang indah itu tidak serupa sama sekali dengan alam berumah tangga. Alam percintaan penuh dengan keindahan, sedia menerima segala kekurangan bakal pasangan, sedia memaafkan segala kesalahan yang dilakukan. Tetapi, sebaik sahaja pernikahan berlangsung, cinta yang bersemi dan terpateri di hati bertukar menjadi tanggungjawab yang terbeban di bahu pasangan suami isteri.. Dan apa yang dapat dilihat hari ini, tidak ramai dari kalangan pasangan muda mampu untuk menggalas tanggungjawab ini, menyebabkan perkahwinan hanya bertahan sedetik cuma..

Mungkin masalahnya berpunca daripada beberapa faktor :

1- Ada masalah dalam hubungan kita dengan Allah. Ini kerana, sebagai manusia, kita seharunya memperbaiki hubungan kita dengan Allah, barulah hubungan kita sesama manusia akan menjadi lebih baik dan sempurna

2- Ilmu agama yang sepatutnya memacu perjalanan hidup berumah-tangga kurang diamalkan, begitu juga ilmu berumahtangga masih belum lengkap sepenuhnya

3- Kurang persediaan pasangan dari segi mental dan spiritual (rohani) dalam menghadapi segala macam rencam rumah tangga.

Apakah penyelesaiannya? di sini saya cadangkan beberapa penyelesaian yang dapat dikongsikan bersama :



Perkahwinan adalah Ibadah

1- Perkahwinan di dalam Islam adalah Ibadah. Maka apabila seseorang itu hendak berkahwin, betulkanlah niat di awal pernikahan iaitu bagi mendapatkan rahmat dan keberkatan daripada Allah. Apabila perkahwinan itu bermatlamat mencari keredhaan Allah, sekiranya berlaku sebarang masalah, pastinya kita tahu kepada siapa untuk mengadu dan untuk memohon pertolongan; iaitu hanyalah kepada Allah

2- Pilihlah pasangan yang betul, yang bertanggungjawab, yang memiliki nilai keimanan dan ketaqwaan yang tinggi kepada Allah agar dapat sentiasa membimbing ke arah kebahagiaan di dunia dan akhirat.. Kerana pasangan yang beriman ini, jika dia mencintai, dia akan menghormati, dan jika dia membenci, dia tidak akan berlaku kasar..

3- Pilihlah juga pasangan yang sekufu dari segi pemikiran, ilmu dan kehidupan agar tidak menimbulkan masalah pada masa hadapan..

4- Sentiasalah menjaga hubungan dengan Allah, dan mengamalkan segala perintahNya, meninggalkan segala larangannya.. Insya Allah, hubungan kita sesama manusia akan dipermudahkan Allah..

4- Sekiranya menghadapi masalah dalam rumahtangga, carilah jalan penyelesaian yang sebaik-baiknya. Jangan cepat melatah, jangan terpengaruh dengan rasa marah. Sentiasa berusaha, mencari penyelesaian, memohon pertolongan Allah dengan berdoa dan akhirnya bertawakkal dan serahkanlah segalanya kepada Allah.

5- Segala masalah hidup yang dihadapi merupakan ujian Allah, untuk kita menilai diri dan kehidupan.. Jika selama ini kita jauh dari Allah, dekatkanlah diri padaNya.. Jika kita merasa susah dalam hidup, ketahuilah bahawa Allah sentiasa ada bersama kita..

Sesungguhnya diri manusia ini milik Allah, hati-hati manusia ini juga milik Allah.. Jika kita berhadapan masalah dengan manusia, maka pohonlah pertolongan Allah agar memudahkan kita mencari jalan keluar dari permasalahan yang menimpa..

Kenali Allah ketika waktu senang, nescaya Allah akan mengenali kita di waktu kita menghadapi kesusahan..

Fikir-fikirkan..



Thursday, May 8, 2008

Kenal diri - Motivasi diri

Kenal diri - Motivasi diri, dua ungkapan yang saling berkait rapat.

Dengan mengenal diri, barulah kita dapat mencari kekuatan dan kelemahan diri

Dengan mengenal diri, barulah kita dapat memotivasikan diri sendiri

Dengan mengenal diri, barulah kita dapat merancang masa depan sendiri dengan motivasi diri yang tinggi

Kerana itu, jika insan mengenal dirinya, pasti dia akan mengenal Tuhannya.